Meskipun tidak sepopuler di Jawa,
Sumatera memang memiliki beraneka corak dan motif batik yang memiliki
keunikan sendiri. Hampir di setiap propinsi di sumatera memiliki
motif dan corak batik sendiri, mulai dari Batik Lampung, Batik Palembang, Batik
Riau, Batik Tanah Liek Sumatera Barat, Batik Besurek Bengkulu, hingga
Batik Jambi. Untuk mengetahui apa dan bagaimana ragam batik tersebut
saya akan coba berbagi sedikit mengenai tiap-tiap batik.
Batik Lampung memiliki
keunikan tersendiri yang sangat berbeda dengan motif wilayah lain
yang ada di indonesia, merunut sejarah Lampung mulai mengenal seni
tekstil sejak abad ke 18 bertepatan dengan masuknya pengaruh
kebudayaan India yang mulai masuk ke perairan Sumatera sehingga
pengaruh motif-motif Budha sangat kental di dalamnya. Motif yang
paling terkenal dan menjadi rebutan para kolektor asing adalah motif
perahu dan “pohon kehidupan” dua motif ini menjadi sangat khas
bagi kebudayaan Lampung dan merupakan trade mark Lampung di mata
dunia internasional.
Motif-motif tersebut
biasanya dikenal pada kain Tampan, Palepai dan Tatibin. dan para
pengrajin yang terkenal diLampung dulunya banyak berasal dari seputar
perairan Kalianda dan Krui mereka disebut juga dengan sebutan orang
Paminggir, Krui, Abung dan orang pesisir.
Dari karya-karya mereka
inilah Kain-kain Lampung beredar ke segala penjuru dunia dan bahkan
karya-karya mereka yang dibuat pada abad ke-18 dan abad ke-19 sudah
berada di musium-musium international sebagai koleksi budaya seperti
di Australia, Amerika, Hawaii dan masih banyak para kolektor dari
negara-negara lain yang memiliki situs warisan nenek moyang Lampung
ini.
Berangkat dari rasa
memiliki dan kecintaan terhadap budaya sendiri, kami berinisiatif
mengangkat kembali situs-situs peninggalan motif Lampung yang sudah
melegenda tersebut, yang biasanya terdapat pada kain Tapis, Palepai,
Tampan maupun Tatibin untuk dituangkan kedalam corak Batik.
Bagaimanapun juga Batik maupun Tapis adalah merupakan sisa
peninggalan budaya yang diturunkan secara turun temurun selama
ratusan tahun yang silam yang patut dilestarikan.
Seiring dengan
bergesernya budaya dari budaya lama menuju budaya modern, segi
teknik, pen-desain-an maupun proses pembuatannyapun sudah jauh lebih
maju dari ratusan tahun yang lalu.
Kami coba mengangkat
Batik Lampung dengan mengikuti perkembangan jaman saat ini, dengan
tampilan batik yang kontemporer terutama dari pemilihan unsur warna
dan padupadan motif Lampung yang kuat sehingga tetap tidak mengurangi
esensi dari makna-makna motif yang terkandung dalam batik itu
sendiri.
Dengan adanya pembaharuan
Batik Lampung Kontemporer rasa kebanggaan terhadap budaya Lampung ini
bisa di rasakan bagi pemakainya dan menjadikan ciri khas/identitas
tersendiri.
Batik Palembang, dalam
sejarahnya batik Palembang memang berasal dari Jawa sekitar 100 tahun
yang lalu dengan motif yang telah mengalami adaptasi dengan budaya
Palembang. Adapun motif batik Palembang di antaranya adalah kembang
jepri, lasem, sisik ikan, gribik, encim, kembang, bakung, kerak
mutung, sembagi, dan salahi. Selain motif diatas, terdapat motif baru
yang sangat khas nuansa Palembangnya yaitu batik songket, yang
memadukan motif songket kedalam kain batik.
Batik Riau, berdasarkan
jejaknya batik Riau sudah ada sejak zaman Kerajaan Daek Lingga dan
Kerajaan Siak dengan warna khas melayu yaitu kuning atau perak dan
menggunakan tehnik cap. Awalnya batik ini hanya berkembang dikalangan
kerajaan dan sempat tenggelam sekian lama. Baru pada sekitar tahun
1985, pemerintah daerah mengambil inisiatif untuk mengembangkan
kembali batik khas Riau. Dari pengembangan motif tradisional yang ada
diciptakan motif baru yang tak lari dari akarnya yaitu antara lain:
Bungo Kesumbo, Bunga Tanjung, Bunga Cempaka, Bunga Matahari Kaluk
Berlapis, dll. Umumnya motif diatas memiliki benang merah yaitu
berbentuk garis memanjang seperti tabir. Karena motif yang seperti
tabir itulah sehingga Batik Riau juga sering dibilang sebagai Batik
Tabir.
Batik Tanah Liek Sumatera
Barat, disebut batik tanah liek karena salah satu pewarnanya adalah
tanak liek atau tanah liat. Selain tanah liek sumber pewarna lain
untuk batik ini adalah kulit jengkol, kulit rambutan, gambir, kulit
mahoni, daun jerame dan masih banyak akar-akar lainnya yang juga
digunakan. Menurut sejarahnya batik tanah Liek berasal dari Cina yang
dibawa oleh pedagang Cina dan hanya dibuat oleh beberapa pengrajin di
tanah datar. Seperti juga batik Riau, batik tanah Liek juga sempat
mengalami mati suri yang cukup lama, baru pada sekitar tahun 1990-an
batik ini mulai kembali muncul setelah Wirda Hanim mencoba
menggiatkan kembali batik Tanah Liek ini. Meskipun batik tanah liek
sudah mulai kembali muncul ke permukaan, akan tetapi perkembangannya
bisa dikatakan belumlah pesat, bahkan tidak sedikit orang minang,
khususnya orang minang yang sudah lahir dan besar di perantauan yang
tidak mengetahui tentang batik nenek moyangnya.
Batik Besurek Bengkulu,
disebut batik besurek karena motifnya menyerupai kaligrafi huruf
arab. Di beberapa kain, terutama untuk upacara adat, kain ini memang
bertuliskan huruf Arab yang bisa dibaca. Tetapi, sebagian besar hanya
berupa hiasan mirip huruf Arab. Selain motif kaligrafi, batik besurek
Bengkulu juga memiliki motif lain seperti motif bunga raflesia, motif
burung kuau, motif relung paku, motif rembulan, dan banyak lagi.
Dilihat dari motifnya, maka batik besurek dapat dikatakan memiliki
karakter dan motif yang khas dan sangat unik dibandingkan Batik lain
di Indonesia yang hanya dapat dijumpai di Bengkulu. Sayang jika kita
mencoba melacak mengenai asal muasal batik besurek ini, kita akan
mengalami kesulitan untuk menemui literatur mengenai sejarah batik
besurek. Dan juga disayangkan, karena kurang dilestarikan, jumlah
pengrajin batik besurek juga terus mengalami penurunan dari waktu ke
waktu.
Batik Jambi, diantara
semua jenis batik khas Sumatera, batik Jambi bisa dikatakan merupakan
batik yang paling populer baik di ‘rumah’ sendiri maupun di luar
propinsi Jambi. Menurut beberapa literatur, konon sekitar tahun 1857,
Batik Jambi dibawa oleh keluarga Haji Muhibat dari Jawa Tengah.
Sesuai perkembangan zaman, Batik Jambi telah memiliki kekhasan
tersendiri dan dikembangkan oleh keluarga raja-raja Melayu Jambi,
dimana setiap kerajaan memiliki motif tersendiri. Sehingga tidaklah
mengherankan kalau sekarang tiap kabupaten memiliki motif tersendiri
yang menambah keragaman dan keunikan motif batik Jambi. Dimana jika
dilihat motifnya, terdapat lebih dari 100 jenis motif batik Jambi,
seperti anca, kapal sanggat, duren pecah, sawit, perahu pencalang,
karet, nagosari, burung punai, rotan, tampuk manggis, riang-riang,
patola, dan lainnya. Beberapa literatur juga menyebutkan, kalau sejak
tahun 1928 batik jambi sudah dikenal oleh dunia luar. Diprakarsai
oleh Tuan Tassilo Adam, seorang etnolog dan fotografer, yang
mengenalkan batik Jambi untuk pertama kali kepada Departemen Etnologi
Institut Kolonial di Amsterdam. Pewarnaan batik Jambi diambil dari
antara lain, kulit kayu bergetah dan daun jambu, daun mengkudu, serta
daun mangga yang direbus dan memanfaatkan kulit kayu jelutung, kulit
kayu bulian, kayu lempato, dan kulit kayu merbau, yang didapat dari
hutan di Jambi. Untuk mencari Batik Jambi di Propinsi Jambi jauh
lebih mudah dibandingkan mencari batik sumatera lainnya di propinsi
masing-masing, karena banyaknya pengrajin Batik Jambi dan begitu
membudayanya batik jambi di masyarakat Jambi.
Mungkin masih ada motif
batik lain di Sumatera yang belum saya ketahui. Akan tetapi dari
beberapa motif diatas, ternyata Batik Sumatera juga tidak kalah unik
dan cukup eksotis bukan?
Sudah menjadi kewajiban kita untuk ikut
menjaga dan melestarikan budaya bangsa, apalagi ini budaya yang sudah
diakui dunia. Jika anda peduli dan ingin eksotisme batik Sumatera
tetap terjaga anda juga dapat membantu melestarikan. Cara yang paling
mudah adalah dengan berbagi info mengenai batik sumatera, sedangkan
cara lain yang menurut saya lebih efektif adalah dengan membeli
produk batik tersebut dan mengajak orang lain untuk membeli produk
batik tersebut. Jika bukan anak bangsa yang melestarikan, siapa lagi?
sumber : FachrudinBlog / Havid Ardiansyah blog / Google.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar