Minggu, 11 Desember 2011

Batik GARUT


Ngulik sedikit tentang Batik Garutan ahh.. (^^)

Di kalangan orang sunda, tradisi membatik merupakan sebuah tradisi yang sudah berlangsung sejak lama. Disebutkan pada naskah Siksa Kandang Karesian yang berasal dari abad abad ke-16 sudah disebutkan berbagai macam motif-motif batik. Artinya, sejak saat itu pun tradisi membatik yang terus berlangsung hingga saat ini sudah ada. Di beberapa daerah di Jawa Barat seperti di Cirebon, Tasikmalaya dan Garut, tradisi membatik telah melahirkan berbagai motif batikyang menjadi ciri khas daerahnya masing-masing.

Di Garut sendiri berkembang motif batik yang disebut dengan batik garutan. Motif ini tentu saja berkembang karena pengaruh lingkungan sosial budaya, falsafah hidup, dan adat istiadat orang sunda. Dengan demikian batik garutan menggambarkan kehidupan sosial masyarakat Garut dari masa ke masa.

Pada umumnya, motif batik garutan menghadirkan unsur hias dalam bentuk-bentuk geometrik yang mengarah secara diagonal, bentuk kawung, atau belah ketupat dan adapula yang menghadirkan tema flora dan fauna.sementara itu warna yang digunakan dalam jenis batik ini pada umumnya adalah warna cerah seperti merah, hijau kuning, dan crem.

Beberapa motifnya yang khas antara lain yaitu motif merak ngibing, rereng apel, turih oncom, dan kawung ece. Motif-motif tersebut banyak dimodifikasi dan banyak juga melahirkan motif lainnya seperti motif lereng udang, suliga ukel, lereng eneng, angkin, ayakan, siku seling, kumeli bunga, adumanis, patah tebu, barong kembang, sidomukti, limar, cakra, rereng calung dan masih banyak lagi.

Sejak jaman penjajahan Belanda, batik garutan sudah menjadi souvenir. Tercatat di dalam buku Garoet, En Omstreken yang terbit pada tahun 1922, bahwa batik garutan menjadi salah satu yang dapat dijadikan sebagai buah tangan oleh para turis atau para pelancong dari Garut. Buku ini diterbitkan untuk dijadikan sebagai panduan atau petunjuk perjalanan wisata yang diperuntukan bagi turis-turis.

Pada paro akhir abad ke-19, juragan kebun the Waspada yaitu Karel F. Holle juga ikut mengembangkan produksi batik garutan di perkebunannya walaupun tidak jelas benar apakah batik tersebut diproduksi untuk dijual atau hanya untuk keperluan sendiri saja. Atau juga untuk memberdayakan masyarakat di perkebunan atau melestarikan tradisi pembuatan batik.

Pada tahun 1945, batik garutan semakin dikenal dengan sebutan batik tulis garutan, dan mengalami kejayaannya pada tahun 1967-1985. Pada waktu itu, di Garut terdapat 126 unit usaha batik tulis garutan yang produksinya bukan saja dijual di pasar local, tetapi juga di tingkat nasional.

Pada saat ini, batik garutan umumnya di produksi di Garut Kota dan sekitarnay misalnya di jalan Papandayan, jalan Pembangunan, jalan Otista, dan jalan Kabupaten. Pada tahun 2000-an, batik garutan kembali mulai dikenal luas setelah pemerintah daerah gencar melakukan perkenalan kepada public melalui berbagai macam kegiatan. Misalnya melalui lomba busana batik garutan, lomba desain batik darutan, bahkan pemerintah daerah mewajibkan pegawai untuk menggunakan busana seragam batik garutan pada hari tertentu.


Akhir-akhir belakangan ini aku senang sekali dengan batik Garutan. Pertama melihatnya langsung jatuh cinta… Warna-warni batik Garutan ini sungguh sangat memikat hati dan “eye catching” atau kalau istilah jaman sekarang “ngejrenk”. Bagaimana tidak? Warna pink yang biasanya terkesan kalem, dihadirkan dengan sentuhan berbeda yaitu “shocking pink”. Warna lain pun tidak mau kalah, warna kuning, ungu, hijau dan biru pun sungguh sangat indah… Dengan warna-warni yang sudah “ngejrenk” itu, motif pun sederhana saja, motif bunga dengan guratan warna putih membentuk daun, bunga, flora fauna dan sebagainya. Perpaduan warna dan motif-nya telah membuat batik Garutan ini disukai dan diminati para penggemar batik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, termasuk para turis.

*Batik cap garut*

Mengulas sedikit tentang motif batik Garutan (info diambil dari berbagai sumber). Motif batik garutan berkembang karena pengaruh lingkungan sosial budaya, falsafah hidup dan adat istiadat orang Sunda. Sehingga motif batik Garutan adalah cerminan kehidupan social masyarakat Garut dari masa ke masa. Motif batik Garutan biasanya berupa ragam hias datar, bentuk-bentuk geometrik. Bentuk-bentuk geometrik ini mengarah diagonal, bentuk kawung, atau belah ketupat. Ada pula motif-motif yang mengambil pola bentuk-bentuk flora dan fauna. Motif-motif yang khas garutan yaitu motif turih oncom, merak ngibing, rereng apel, dan kawung ece. Motif-motif ini kemudian dimodifikasi dan muncullah beberapa motif baru seperti lereng eneng, lereng udang, suliga ukel, sintung, cupat manggu, siku seling, kumeli bunga, adumanis, patah tebu, rereng calung, barong kembang, sidomukti, limar, cakra, ayakan, angkin, dan sebagainya.

Berikut contoh batik Garutan motif kawung dan maknanya :


Batik motif Kawung mempunyai makna yang melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal usulnya. Jaman dahulu, batik motif kawung dikenakan di kalangan kerajaan. Pejabat kerajaan yang mengenakan batik motif kawung mencerminkan pribadinya sebagai seorang pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu serta menjaga hati nurani agar ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia.

Sejarah diketemukannya batik motif kawung ini adalah ketika ada seorang pemuda dari desa yang mempunyai penampilan berwibawa serta disegani di kalangan kaumnya. Tak lama karena perilaku pemuda ini yang sangat santun dan bijak, hingga membuat namanya terdengar hingga di kalangan kerajaan Mataram.

Pihak kerajaan merasa penasaran dengan kemashuran nama pemuda ini, sehingga diutuslah telik sandi untuk mengundang pemuda ini menghadap raja. Sang telik sandipun berhasil menemukan pemuda ini. Mendengar bahwa putranya diundang oleh raja, membuat ibunda merasa terharu dan menggantungkan banyak harapan. Ibunda berpesan agar si pemuda ini bisa menjaga diri & hawa nafsu serta tidak lupa akan asal-usulnya.

Untuk itulah ibunda membuatkan batik dengan motif kawung, dengan harapan putranya bisa menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat banyak.

Tak lama kemudian setelah dipanggil oleh pihak kerajaan dan diberikan beberapa pekerjaan yang selalu bisa diselesaikannya, akhirnya pemuda ini diangkat menjadi adipati Wonobodro.

Dalam pengangkatannya sebagai adipati Wonobodro, pemuda ini mengenakan baju batik pemberian ibundanya dengan batik motif kawung.

Dan akhirnya hingga saat ini, batik motif kawung semakin dikenal masyarakat.

Contoh batik2 Garut :











*informasi diambil dari berbagai sumber**....

Kemeriahan warna dan motif batik Garutan ini biasanya dimanfaatkan oleh para designer untuk membuat design baju dengan teknik “tabrak warna”. Termasuk juga aku… siapa takuuut..???

Aku sudah jatuh cinta dengan batik Garutan.. bagaimana dengan para sahabat *AnggunProject*…??

Ayo cintai budaya Indonesia… batik Indonesia !!



Mari kita berbatik….



Tidak ada komentar:

Posting Komentar